"Jika pria dan wanita
berkunjung ke Danau Kasmaran mereka akan jodoh dan memang ada berapa pasangan
yang datang mengaku ke pemerintah desa kalau mereka menikah setelah sempat
berkunjung ke Danau Kasamaran, meski ada yang percaya dan yang tidak, itu
terserah anda untuk menilainya karena itu mitos yang berkembang di masyarakat."
Sebuah gubuk reyot yang mulai
rapuh menjadi satu-satunya tempat berlindung dari teriknya sinar mentari atau
pun hujan, disisi lain terlihat kerambah
tua yang tidak lagi berfungsi, kayu-kayu yang tersusun sebagai penahan kerambah
satu persatu mulai terlepas dan mengapung ke permukaan air, bahkan puluhan ton
ikan yang pernah di panen dari keramba-kerambah tersebut seakan jadi cerita
indah bagi gabungan kelompok tani di Desa Gemiung, Kecamatan Buana Pemaca.
Rasa lelah yang menyelimuti
saat menempuh perjalanan menuju Desa Gemiung seakan terobati ketika mata
memandang maha karya sang pencipta. Danau Kasmaran begitu masyarat di Kecamatan
Buana Pemaca menyebutnya, meski luasnya lebih kuarang 10 hektar namun
keindahannya panorama alam yang tersaji tak kalah indahnya dibanding danau
lain. Hanya sayang dinas terkait belum memberikan perhatian untuk memperindah
danau meski pemerintah desa sudah mengajukan usulan.
“Silakan tanya ke Dinas
Pariwisata OKU Selatan nama danau kasmaran, karena kita pernah mengajukan
usulan untuk membangun jalan lingkar di tepian danau sehingga bisa memperindah
dan menjadi lokasi wisata, tapi sampai sekarang belum juga ada jawaban dari
dinas terkait,” ujar Kepala Desa Gemiung Burhan saat ditemui kemarin.
Alkisah tentang nama danau
kasmaran pun terungkap dari Burhan, meski tidak tahu kapan pastinya danau itu
terbentuk tapi dari cerita turun temurun yang mereka dengar danau itu terbentuk
dari mata air yang semakin hari semakin membesar hingga terbentuk danau. Dari
mata air itu juga masyarakat sering mendengar suara berdengung.
“Kalau ceritanya dari mata air
inilah yang berbentuk pusaran dan menimbulkan suara seperti dengungan, dari
danau ini juga timbulah nama Desa Gemiung,” tuturnya.
Selanjutnya pada tahun 1982
saat presiden kedua Republik Indonesia Soeharto memberikan program pencanangan
penghijauan lahan seluas 100 hektar yang dikelola PT Gas Musi di Desa Jagaraga
Kecamatan Simpang, desa merekan mendapat bantuan bibit akasia dan jambu mente
untuk ditaman sekitar danau. Untuk menunjang progam itu pemerintah juga
membangun dam pengendali (cekdam) di tepian danau.
“Sekarang kita masih bisa
melihat ada sisa tanaman akasia dan jambu mente di sekitar danau tersebut,
hanya itu sudah sisanya karena tidak ada lagi program penghijauan,” tuturnya.
Lambat laun, danau tak bernama
ini mulai dikenal masyarakat terutama dikalangan bujang dan gadis yang biasa
berkunjung ke sana. Mitos akan terjalin hubungan hingga menikah jika berkunjung
ke danau pun semakin santer di telinga masyarakat sehingga lebih dikenal dengan
Danau Kasmaran.
“Pada tahun 2008 sejak desa
gemiung menjadi desa devinitif sudah banyak pasangan yang menikah sejak
berkunjung ke sana, ada yang datang ke rumah bercerita jika mereka menikah
setelah datang ke sana,” ceritanya.
Ramainya pasangan yang kunjung
terutama di sore hari dan hari libur pihaknya mulai melakukan pengawasan hal
ini dilakukan biar tidak ada pasangan yang melakukan perbuatan tercela
disekitar danau. “Setiap sore mulai puluk 16.00 WIB pasti ada sejumlah pasangan
yang berkunjung ke sana, jadi kita selalu mengawasi,” tuturnya.
Terkait pemanfaatan danau
tersebut, pihaknya mengaku pada tahun 2010 kelompok tani di desa gemiung
mendapat bantuan program pembibitan ikan nila dan hasilnya sangat memuaskan
setidaknya hampir puluhan ton ikan dengan dua kali masa panen. Namun sekarang
lokasi itu tidak lagi dimanfaatkan meski masih banyak orang yang berkunjung ke
sana.
Keindahan Danau Kasmaran juga
terlontar dari M Ali ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Bandar, Kecamatan
Buana Pemaca. Jika bisa diibaratkan danau tersebut laksana kembang desa yang
belum mekar. Dulu sebelum jalan desa gemiung seperti sekarang masih ada yang
datang ke danau kasmaran apalagi kalau kondisi jalan sudah baik tentu lebih
banyak yang datang. “Potensinya ada tapi semua belum bisa
dikembangkan kita yakin kalau kawasan ini bisa memikat masyarakat untuk
berkunjung apalagi ini merupakan asset daerah,” terangnya.